80/20

Oleh : Adi Hersuni

Seorang pekerja kantoran yang mobilitasnya cukup tinggi sedang kongkow santai di boarding room salah satu bandara tersibuk di Pulau Sulawesi dan berbalas e-mail dengan koleganya di bidang coating, painting, dan protective coatring. Sesekali dia buka Facebook sebagai selingan di Jumat sore yang cerah itu. Salah satu rutinitas yang dia amati dari jauh dari teman-teman yang punya aktivitas di ibukota adalah tren yang menunjukkan keceriaan mereka ketika hari Jumat tiba dan ke-bete-an yang datang ketika hari Senin menjelang. Hal ini mungkin hanya analisa dangkalnya saja karena hanya memantau status-status yang berseliweran di jejaring sosial. Para citizen ini biasanya update status, “happy weekend”, “TGIF” (Thanks God It’s Friday), atau sejenisnya ketika Jumat menjelang. Seolah-olah ada kebahagiaan karena lepas dari beban kerja yang menyita waktu. Kemudian “berjamaah” update status kembali di hari  Ahad sore atau Senin pagi dengan keluh kesah karena harus bermacet-macet ria lagi, ngantor lagi, dan balik ke rutinitas.

Selesai berbalas e-mail dan facebook-an, si eksmud ini membuka draft laporan harian usaha kulinernya yang dikirim salah karyawannya dari salah satu kota kecil dekat ibukota, di luar core business coating, painting, dan protective coating. Tanpa sadar, dia membuka kembali file berjudul 80/20 yang direview dari website-nya New York Times ketika membahas keseharian bisnis yang dijalani Google Inc. Intinya, beri jatah waktu 80% dari total waktu kerja karyawan untuk fokus di pekerjaan utamanya dan beri “kebebasan” mereka untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan passion-nya di sisa 20% hari kerja. Contoh sederhananya, karyawan Google (Googler) harus fokus di kerjaan kantor dari hari Senin sampai Kamis, sementara itu hari Jumat mereka bebas melakukan riset atau apapun itu yang berkaitan dengan passion mereka terkait teknologi. Efeknya ternyata luar biasa, banyak fitur-fitur layanan utama yang terdapat pada google lahir dari kompetisi “membenturkan ide” di 20% waktu ini, diantaranya GMail, Google News, Google Talk, Adsenses, dan Google Bus.

Tampaknya mereka sadar di awal, bahwa apa-apa yang dikerjakan berdasarkan passion selalu menghasilkan sesuatu yang optimal, innovatif, all out, dan berdaya guna. Sudahkah kita melakukan sesuatu sesuai dengan passion kita? Bagaimana cara sederhana untuk melihatnya? Kalau kata seorang tokoh, kita dikatakan sudah melakukan sesuatu based on passion ketika kita menyambut Senin pagi, apakah dengan optimisme dan keceriaan atau dengan gerutuan rutin kita tentang macet, malas ngantor, dimarahin boss, atau segudang keluhan lainnya. Apalagi berhubungan dengan bisnis coating, painting, dan protective coating.

Open chat
1
Erugo Careline
Selamat datang di PT. Erugo Tiga Kata, Jangan ragu untuk bertanya jika ada yang perlu anda ketahui seputar perusahaan kami